Bukan hanya harum di negerinya sendiri, nama para pahlawan ini juga terdengar hingga ke negeri orang. Sebut saja RA Kartini, nama pahlawan wanita dari Jepara ini diabadikan sebagai nama jalan di Negeri Kincir Angin, Belanda.
Beberapa kota di Belanda, yakni Utrecht, Venlo, Amsterdam,dan Haarlem, menamai jalannya dengan Kartini Straat (Jalan Kartini). Di Utrecht, Jalan Kartini terletak di kawasan permukiman kalangan menengah yang tenang dan bertata kota baik. Jalan Kartini di sana merupakan jalan utama yang lebih lebar dibanding jalan dengan nama tokoh perjuangan lainnya, seperti Augusto Sandino, Steve Biko, Che Guevara, dan Agostinho Neto. Bentuknya menyerupai huruf U.
Adapun Jalan Kartini di kota Venlo, Belanda selatan, berbentuk seperti huruf O di kawasan Hagerhof, dan berdekatan dengan nama jalan pahlawan wanita lainnya, seperti Anne Frank dan Mathilde Wibaut.
Ibu kota Belanda, Amsterdam, juga mengabadikan nama pejuang emansipasi wanita itu sebagai nama jalan. Di wilayah Amsterdam, Zuidoost atau yang dikenal dengan Bijlmer, terdapat jalan yang dinamai dengan nama lengkap Kartini, yakni Jalan Raden Adjeng Kartini. Jalan itu berdekatan dengan jalan bernama pahlawan wanita dunia, seperti Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, dan Isabella Richaards.
Sementara di Harleem, Jalan Kartini berdekatan dengan jalan pahlawan lainnya, yakni Jalan Mohammed Hatta, Sutan Sjahrir, dan menembus ke Jalan Chris Soumokil (presiden kedua Republik Maluku Selatan).
Digunakannya nama Kartini di Belanda bukan tanpa sebab. Kartini yang pernah bersekolah di Europese Lagere School itu fasih berbahasa Belanda dan kerap bertulis surat dengan kawan-kawannya di Belanda, seperti Rosa Abendanon.
Kartini juga tertarik dengan kemajuan berpikir perempuan di Eropa. Dari buku yang dibacanya, Kartini menyadari betapa perempuan Indonesia saat itu berada di stasus sosial yang rendah. Ia pun mulai menuliskan hal-hal terkait emansipasi wanita dan mengirimkan tulisan-tulisannya itu ke majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan wanita Belanda bernama De Hollandsche Lelie.
Perlahan-lahan, tulisan-tulisan Kartini dan surat-suratnya berhasil menarik perhatian masyarakat Belanda dan mengubah pandangan masyarakat di sana terhadap wanita pribumi di Jawa.
Nama pahlawan yang diabadikan sebagai nama jalan di luar negeri bukan hanya Kartini. Nama presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga abadi sebagai nama jalan di Maroko.